Pemerintah Indonesia tengah gencar mendorong penggunaan obat dan alat kesehatan (alkes) produksi dalam negeri. Langkah ini diambil untuk meningkatkan kemandirian nasional di sektor kesehatan, serta memberikan peluang yang lebih luas bagi industri farmasi dan alat kesehatan lokal untuk berkembang.
Selama ini, pasar obat dan alkes di Indonesia didominasi oleh produk impor. Namun, sejumlah perusahaan farmasi dan produsen alkes dalam negeri telah mampu memproduksi barang dengan kualitas yang setara, bahkan lebih baik, dibandingkan produk impor.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menekankan pentingnya kesehatan masyarakat dan pencegahan penyakit sebagai bagian dari pengembangan sumber daya manusia.
“Inovasi harus terus dikembangkan dan tidak terbatas pada peneliti di bidang kesehatan. Pemerintah juga meminta Menteri Kesehatan untuk memfokuskan anggaran kesehatan untuk belanja produk dalam negeri,” ujar Menko saat membuka HAI Festival di JCC Senayan.
Senada, Menteri Kesehatan menyatakan bahwa pembangunan industri farmasi, alkes, dan pelayanan kesehatan akan didorong untuk industri dalam negeri. Ini sejalan dengan pilar ketiga transformasi kesehatan, yaitu transformasi sistem ketahanan kesehatan.
“Pandemi telah mengajarkan kita tentang terbatasnya suplai alat kesehatan dan obat-obatan. Dengan jumlah penduduk lebih dari 280 juta jiwa, Indonesia harus siap menghadapi kebutuhan mendesak seperti obat-obatan, vaksin, ventilator, dan APD. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk memperkuat industri farmasi dan alat kesehatan dalam negeri guna menciptakan sistem kesehatan yang tangguh dan aman ketika ada pandemi berikutnya,” kata Menkes.
Sebagai perusahaan farmasi nasional, Dexa Group memiliki peran dalam mendukung kemandirian dan ketahanan kesehatan Indonesia dengan menyediakan obat-obatan untuk 277,14 juta pasien Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan.
Presiden Direktur PT Dexa Medica menegaskan komitmen Dexa Group dalam mendukung kemandirian kesehatan Indonesia, terutama melalui produksi Obat Modern Asli Indonesia berbahan alam yang telah dikembangkan menjadi fitofarmaka dengan riset dan teknologi lokal.
“Dexa Group konsisten mendukung program kemandirian dan ketahanan kesehatan Indonesia melalui obat-obatan kimia dengan bahan baku lokal dan OMAI yang berbahan alam. Obat ini kami riset hingga menjadi fitofarmaka, dipasarkan di mancanegara dengan tingkat kandungan dalam negeri yang tinggi,” ungkapnya.
Dekan Sekolah Farmasi ITB menekankan potensi besar bahan alam Indonesia sebagai kunci kemandirian di sektor kesehatan. “Potensi Indonesia untuk mandiri di bidang kesehatan dan farmasi adalah melalui bahan alam karena sumber daya kita nomor satu di dunia,” ujar Dekan.
Dekan juga menambahkan bahwa pemanfaatan obat berbahan alam mampu mendukung kesehatan masyarakat secara preventif dan promotif, khususnya untuk penyakit kronis seperti stroke dan diabetes.
“Obat bahan alam bekerja di hulu, berfokus pada aspek preventif dan promotif, untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran masyarakat. Kami berharap masyarakat lebih terbiasa menggunakan bahan alam dalam kehidupan sehari-hari sebagai langkah preventif agar tidak mudah sakit,” jelasnya.
Selanjutnya, seorang Ahli Farmakologi Molekuler dari Dexa Group menekankan pentingnya pemanfaatan Nutri-genomics dan senyawa bioaktif dari tanaman herbal dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Dia memaparkan bahwa Indonesia memiliki kekayaan hayati dengan ribuan spesies tanaman, tetapi hanya sebagian kecil yang telah dimanfaatkan.
“Diperlukan lebih banyak uji klinis yang diakui secara global agar produk herbal Indonesia bisa diintegrasikan dalam Jaminan Kesehatan Nasional, yang memungkinkan pemanfaatannya secara luas dalam pengobatan di Indonesia,” ungkap ahli tersebut.