Stroke adalah kondisi klinis serius yang terjadi akibat gangguan saraf dan aliran darah di otak.
Dokter Spesialis Saraf dari Rumah Sakit Pondok Indah (RSPI), Sahar Aritonang, menjelaskan bahwa gejala stroke dapat berkembang dengan cepat dan berpotensi mengancam jiwa.
“Stroke adalah kondisi di mana terdapat tanda klinis yang berkembang cepat berupa gangguan saraf, yang berlangsung lebih dari 24 jam atau bahkan dapat menyebabkan kematian tanpa sebab lain selain masalah pembuluh darah,” kata Sahar, Selasa (29/10/2024).
Dokter Sahar juga menyebutkan bahwa kasus stroke terus meningkat, dengan laporan yang menunjukkan terdapat 12,2 juta kasus baru setiap tahunnya, atau satu kasus setiap tiga detik.
Berdasarkan data global, satu dari empat orang berisiko mengalami stroke dalam hidupnya. “Stroke kini menjadi penyebab utama kecacatan dan penyebab kematian kedua di dunia,” tambahnya.
Stroke terjadi ketika jaringan otak mengalami kematian akibat gangguan pasokan darah yang mengalirkan oksigen dan nutrisi. Hal ini dapat terjadi karena adanya penyumbatan pembuluh darah atau pecahnya pembuluh darah di otak.
Sahar menjelaskan bahwa terdapat dua jenis utama stroke, yaitu stroke iskemik yang disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah, dan stroke hemoragik yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Stroke iskemik adalah tipe yang paling umum, mencakup sekitar 87 persen dari seluruh kasus.
Menurutnya, faktor risiko stroke terbagi menjadi dua kategori: yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi.
Faktor yang tidak dapat diubah meliputi usia di atas 55 tahun, jenis kelamin (lebih sering pada pria), ras, genetik, serta riwayat stroke sebelumnya. Sedangkan faktor yang dapat diubah meliputi hipertensi, kolesterol tinggi, diabetes, merokok, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, dan pola makan yang tidak sehat.
Gejala stroke umumnya datang tiba-tiba, seperti kelemahan pada salah satu sisi tubuh, kesulitan bicara, gangguan penglihatan, pusing, kehilangan keseimbangan, sakit kepala, hingga kesulitan menelan.
“Apabila gejala-gejala tersebut muncul mendadak, sangat dianjurkan untuk segera menuju rumah sakit untuk mendapatkan penanganan cepat,” imbuhnya.
Sebagai langkah pencegahan, Sahar menekankan pentingnya rutin melakukan aktivitas fisik. Berdasarkan penelitiannya, olahraga selama 30 menit lima kali seminggu dapat mengurangi risiko stroke hingga 25 persen.
“Aktivitas fisik sederhana pun dapat memberikan dampak besar dalam mencegah stroke,” ungkapnya.