Gus Thuba tiba-tiba menjadi sorotan publik setelah memberikan komentar tentang metode dakwah Gus Miftah dan Gus Iqdam yang menggunakan bahasa kasar.
Awalnya, perhatian tertuju pada Gus Miftah yang sering menggunakan kata-kata kasar, dan video yang menghina penjual es teh menjadi viral. Gus Iqdam pun membela Gus Miftah, dengan mengungkapkan bahwa penggunaan bahasa kasar adalah bagian dari dakwahnya untuk merangkul anak jalanan.
Namun, Gus Thuba menanggapi argumen tersebut dengan mengatakan bahwa seharusnya ulama yang ingin menarik perhatian anak jalanan harus langsung terjun ke lapangan dan berdakwah di sana.
Dia menegaskan bahwa merangkul anak jalanan tidak berarti mengadopsi kebiasaan mereka, seperti menggunakan kata-kata kotor saat mengadakan pengajian akbar.
“Jika ingin berdakwah untuk merangkul anak jalanan, ya lakukan di jalanan, turun ke jalan seperti yang sudah biasa. Saya juga melakukan hal yang sama. Tidak seharusnya perilaku jalanan dibawa ke panggung, karena di acara seperti ini, audiensnya bukan hanya anak jalanan,” ujar Gus Thuba.
Akibat pernyataan itu, Gus Thuba menjadi perhatian banyak orang, karena sejumlah warganet setuju dengan pandangannya.
Latar Belakang Gus Thuba
Gus Thuba ternyata merupakan salah satu dari empat cucu tokoh Nahdlatul Ulama yang karismatik dari Kediri, KH Hamim Djazuli atau Gus Miek.
Ayah Gus Thuba adalah Kyai Tijani Robert Saifunnawas atau yang dikenal dengan Gus Robert, yang merupakan anak ketiga dari Gus Miek di antara enam bersaudara.
Gus Miek lahir dalam keluarga pesantren di daerah Ploso, Kediri, Jawa Timur, pada 17 Agustus 1940 dan wafat pada 5 Juni 1993 di Surabaya.
Gus Miek, yang lahir dari pasangan ulama KH Jazuli Usman dan Nyai Radliyah, dipercaya sebagai wali Allah karena memiliki kelebihan atau karamah yang sulit dipahami oleh akal manusia.
Banyak karamah Gus Miek serta kisah-kisah kewaliannya diceritakan oleh orang-orang dekat yang pernah berinteraksi langsung dengannya.
Gus Thuba, yang mewarisi garis keturunan Gus Miek sebagai pendakwah, memiliki gaya dakwah yang unik dan berbeda dari ulama lainnya, sehingga banyak orang tertarik untuk mendengarkan dakwahnya.
Beberapa orang berpendapat bahwa suara Gus Thuba mirip dengan kakeknya. Selain suaranya, gaya berdakwahnya juga dianggap mirip, yang membuat banyak orang mengaguminya dan memujinya.