Skandal-skandal yang mempertaruhkan citra baik Gus Miftah kini menjadi topik yang dilemparkan publik kepada para pendakwah yang lain.
Pada satu kesempatan, pertanyaan seputar Gus Miftah diajukan oleh jamaah kepada Gus Baha dan para pendakwah yang menghadiri sebuah acara.
“Lagi viral berita seorang ‘Gus’, mohon izin. Yang mungkin berceramah dengan kalimat kurang baik, sejarah panggilan Gus ini seperti apa?” tanya seorang jamaah.
Gus Baha menjawab mengenai sebutan ‘gus’ yang menjadi perdebatan, terutama setelah sebutan tersebut dianggap tidak pantas untuk Miftah Maulana Habiburrahman.
Gus Baha menekankan bahwa pertanyaan seperti itu adalah sesuatu yang provokatif. “Allah suka mengabaikan pertanyaan provokatif, terus pertanyaan seperti itu mesti juga diabaikan oleh Allah. Karena itu (dampaknya) buat repot,” jelasnya.
Meski begitu, Ahmad Bahauddin Nursalim ini menegaskan asal usul sebutan gus yang dimilikinya. “Memang saya termasuk Gus yang asli, itu jelas kalau itu. Lha ini Pak Fathul Wahid (Rektor UII) tahu betul keluarga saya karena beliau orang Jepara,” sambungnya.
Menariknya, pada kesempatan tersebut ada ayah dari jurnalis Najwa Shihab, Quraish Shihab, yang mengenakan batik dan duduk di tengah, tepat di samping Gus Baha.
Alih-alih memberikan komentar langsung tentang kontroversi Gus Miftah, Quraish Shihab menyampaikan pesan mengenai keteladanan. Pesan tersebut berhubungan dengan topik acara yaitu Memahami Al-Qur’an dengan Meneladani Rasulullah.
Menurut Quraish Shihab, tidak semua hal yang dilakukan oleh tokoh agama bisa diteladani begitu saja. “Kamu boleh contohi (meneladani) Nabi Ibrahim kecuali satu, bahwa dia setelah mengetahui bahwa ayahnya tidak mungkin akan beriman, dia masih mau doakan,” ujarnya.
“Jangan tiru itu! Tidak mutlak kan?” sambung Quraish Shihab.