Bethsaida Hospital Gading Serpong telah memperkenalkan teknik baru dalam penanganan kanker rektum yang memungkinkan pasien untuk mempertahankan fungsi anus mereka.
Dokter spesialis bedah digestif Bethsaida, Eko Priatno, menjelaskan bahwa metode inovatif ini sudah diterapkan melalui teknik bedah canggih. Dengan demikian, pasien tidak perlu khawatir kehilangan fungsi anus pascaoperasi.
“Seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran, kini ada solusi inovatif yang memungkinkan pasien dengan kanker rektum tetap bisa mempertahankan anusnya,” katanya, Senin (11/11/2024).
Perkembangan teknologi imaging, seperti MRI dan Endorectal Ultrasound, berperan penting dalam penanganan ini. Dengan teknik imaging tersebut, dokter dapat memetakan lokasi dan penyebaran tumor secara akurat, termasuk mengevaluasi keterlibatan otot di dasar panggul dan otot sfingter ani yang sangat berperan dalam fungsi anus.
“Informasi dari imaging ini membantu dokter dalam menyusun rencana operasi yang lebih presisi dan aman,” tambahnya.
Salah satu metode unggulan yang diterapkan di Bethsaida Hospital adalah Intersphincteric Resection, teknik bedah canggih yang memungkinkan pengangkatan bagian rektum yang terjangkit kanker tanpa menghilangkan seluruh anus.
“Melalui Intersphincteric Resection, kami bisa mengangkat bagian yang terkena kanker tanpa merusak fungsi anus pasien,” jelasnya.
Pada prosedur ini, rektum yang terinfeksi kanker dipotong dengan hati-hati dan minim invasif, menjaga otot sfingter ani tetap utuh sehingga pasien tetap bisa mengontrol fungsi buang air besar secara normal setelah operasi.
Proses ini merupakan salah satu teknik bedah digestif yang memerlukan ketelitian dan keahlian tinggi dari tim dokter.
Kanker rektum merupakan salah satu jenis kanker saluran pencernaan bawah yang sering menimbulkan kekhawatiran bagi pasien, terutama berkaitan dengan risiko kehilangan fungsi anus.
Gejalanya bisa bervariasi, mulai dari perubahan pola buang air besar, darah dalam tinja, nyeri di area perut bawah, hingga penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
Beberapa faktor risiko kanker rektum meliputi riwayat keluarga, pola makan rendah serat dan tinggi lemak, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, serta kebiasaan merokok dan mengonsumsi alkohol.