Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya (FK Unsri), Lady Aurellia Pramesti, dinilai bersikap tone deaf ketika kasus pemukulan dokter koas di Palembang viral. Istilah tone deaf merujuk pada sikap tidak mampu memahami atau merespons situasi sosial dengan tepat.
Berdasarkan pengakuan seorang warganet, Lady mendapat hukuman skorsing dari FK Unsri akibat kerabatnya melakukan tindak kekerasan.
“Gaes FYI hanya di-skorsing pelakunya,” bunyi keterangan yang disertakan.
Di tengah viralnya kasus penganiayaan tersebut, Lady dikabarkan masih bersikap santai alih-alih bersiaga.
Menurut pengakuan warganet tersebut, Lady sempat mengajak kerabatnya untuk pilates baru-baru ini.
“Terus doi waktu di-skorsing, pilates coba. Sedangkan korban sampai harus dirawat di RS,” sambung keterangan tersebut.
Cuplikan unggahan tangkapan layar kesaksian dari warganet soal sikap Lady Aurellia Pramesti usai kasus pemukulan dokter koas ini viral dengan atensi sebanyak 73,5 ribu jumlah tayangan.
“Bisa-bisanya di saat genting kayak gini, dia malah masih mikirin pilates?” tulis akun @nturbizz, ditilik pada Jumat (13/12/2024).
Perihal itu, sejumlah netizen turut memberikan respons dan komentar beragam.
“Haha iya, kak. Info dari temannya gitu, katanya si Lady ngajakin pilates. Tapi, nggak tau jadi pilates beneran apa nggak,” tulis seorang netizen.
“Anak pejabat emang suka gitu,” ungkap yang lain.
“Bisa-bisanya dia ngajak temannya pilates,” kata netizen yang lainnya.
Diberitakan sebelumnya, video penganiayaan dokter koas bernama Luthfi viral di X. Luthfi kabarnya dianiaya oleh kerabat Lady.
Lady awalnya tak terima jadwal jaga di rumah sakit diubah oleh seniornya tersebut. Dia lantas mengadu pada ibunya.
Selepas itu, ibu Lady mengajak Luthfi untuk berdiskusi mengenai jadwal jaga. Sayangnya, diskusi berujung pada penganiayaan terhadap Luthfi oleh pria diduga sopir Lady.
Belakangan, beredar kabar Lady tak terima jadwal jaga di rumah sakit diubah karena dia gagal menonton konser.