JAKARTA – Mobil off-road umumnya menggunakan penggerak 4X4 untuk menghadapi medan berat. Namun, untuk tingkat ringan hingga medium, mobil dengan penggerak semua roda atau AWD dianggap cukup.
Julian Johan, atlet reli dan 4X4, menjelaskan bahwa perbedaan antara mobil 4X4 dan AWD terletak pada transmisinya. Mobil 4X4 biasanya dilengkapi dengan transfer case yang memungkinkan pengaturan perpindahan daya ke roda.
Mobil Toyota FJ 40 melewati medan off road di Gunung Tambora, Dompu, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (21/3/2015). Mobil 4×4 menjadi salah satu transportasi menuju pos 3 pendakian Gunung Tambora dari jalur Dorocanga.
“Kalau mobil 4X4 memiliki transfer case yang dapat mengubah rasio gear tinggi (high) dan rendah (low),” ujar Jeje, sapaan akrabnya, saat ditemui di Puncak, Bogor, Jawa Barat, belum lama ini.
“Mobil 4X4 mudah dikenali karena memiliki tuas khusus dengan pilihan 2H, 4H, dan 4L. Ada model yang masih menggunakan tuas manual, atau menggunakan kenop elektrik pada model modern,” katanya.
Secara kemampuan off-road, mobil 4X4 dianggap lebih tangguh. Namun, Jeje menekankan bahwa bukan berarti mobil AWD tidak punya kelebihan untuk melintasi jalur non-asphalt.
“Bukan berarti mobil AWD tidak punya kelebihan dibandingkan mobil 4X4, sebab mobil 4X4 menggunakan ladder frame yang buat sebagian orang tidak atau kurang nyaman untuk digunakan off-road atau harian,” katanya.
Saat ini, ada beberapa mobil AWD yang dirancang dengan kemampuan off-road, seperti Chery J6 yang dijadwalkan meluncur pada akhir 2024, serta berbagai model Subaru yang menggunakan transmisi S-AWD.
“Dengan Chery J6 yang berbasis monokok, AWD-nya akan lebih nyaman untuk digunakan baik di medan off-road maupun jalan raya. Bagi sebagian orang, kenyamanan lebih dibutuhkan,” kata Jeje.