Hari Diabetes Sedunia diperingati setiap tahun pada 14 November, namun masih ada anggapan bahwa ‘penyakit gula’ hanya menyerang mereka yang sudah lanjut usia. Faktanya, diabetes tipe 2, atau diabetes melitus, kini juga menyerang kalangan muda akibat pola hidup yang tidak sehat.
Dokter Spesialis Penyakit Dalam & Travel Health Expert di Eka Hospital BSD, dr. Rudy Kurniawan, Sp.PD, MM, MARS, Dip.TH, Dip.SN, DCD, FRSPH, menjelaskan bahwa gaya hidup tidak sehat, seperti sering mengonsumsi makanan dan minuman manis, membuat kasus diabetes pada usia muda, khususnya di atas 30 tahun, semakin sering ditemukan.
“Sebenarnya, usia muda ini kembali ke masalah pola hidup. Diabetes tipe 2 itu bisa dicegah, dan faktor risiko yang paling umum adalah pola hidup, pola makan, minuman, dan aktivitas fisik,” ungkap dr. Rudy dalam diskusi di Eka Hospital di BSD, Tangerang, Selasa (12/11/2024).
Diabetes terdiri dari dua jenis, yaitu diabetes tipe 1, yang disebabkan oleh kerusakan sel beta pankreas sehingga tidak dapat memproduksi insulin yang cukup untuk mengolah gula darah. Diabetes tipe 1 umumnya diderita sejak kecil, karena dianggap sebagai diabetes bawaan sejak lahir berkat adanya kelainan di pankreas.
Sementara diabetes tipe 2 terjadi karena tubuh menjadi resisten terhadap insulin akibat tingginya kadar gula darah yang terus-menerus. Penyakit ini umumnya disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat.
Inilah sebabnya, menurut dr. Rudy, tidak ada cara terbaik untuk mencegah diabetes selain menjalani pola hidup sehat. Ini termasuk membatasi asupan makanan dan minuman manis agar tidak terjadi lonjakan gula darah yang berkelanjutan, yang membuat insulin tidak mampu mengelolanya.
“Jika ditanya cara mencegahnya, harus pola hidup sehat dan rajin berolahraga, tidak ada cara lain yang lebih mudah dan murah selain itu,” tambahnya.
Apabila diabetes sudah terdiagnosis sejak usia muda, penyakit kronis ini tidak dapat disembuhkan. Namun, pasien dapat memperbaiki gaya hidup mereka sehingga kadar gula darah lebih terkontrol dan dapat menjalani hidup seperti orang sehat.
“Kita tidak bisa disembuhkan, tapi bisa dikontrol. Mudah-mudahan bisa remisi, artinya terkontrol tanpa obat, tetapi dengan pola hidup dan pola makan yang sehat,” lanjut dr. Rudy yang juga merupakan pendiri komunitas untuk penderita diabetes.
Lebih lanjut, dr. Rudy menekankan bahwa diabetes bisa diturunkan pada anak. Risiko anak untuk mengidap diabetes meningkat hingga 6 kali lipat jika salah satu orang tuanya menderita penyakit ini. Risiko tersebut dapat meningkat hingga 12 hingga 13 kali lipat jika kedua orang tuanya memiliki diabetes. Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun ada risiko, tidak semua anak yang memiliki orangtua diabetes akan mengidapnya, sehingga upaya pencegahan harus dilakukan.
“Secara spesifik, harus hidup sehat. Faktor risiko dari seseorang yang sudah menjadi penyandang diabetes pasti ada, tetapi belum tentu akan diturunkan kepada anak. Yang penting, kita menjaga agar kondisi tubuh tetap sehat, baik untuk diri sendiri maupun untuk anak-anak,” tutup dr. Rudy.