BeritaKesehatan

IDAI Jelaskan Bahaya Pertusis Jika Tidak Diobati

×

IDAI Jelaskan Bahaya Pertusis Jika Tidak Diobati

Share this article
IDAI Jelaskan Bahaya Pertusis Jika Tidak Diobati

Pertusis adalah batuk rejan yang disebabkan oleh infeksi pada saluran pernapasan dan paru-paru. Gejala yang umum muncul termasuk batuk rejan, pilek, demam, dan kelelahan.

Ketua Unit Kerja Koordinasi Infeksi Penyakit Tropis organisasi medis menyebutkan bahwa pertusis yang tidak segera diobati dapat menyebabkan saluran napas terpengaruh sehingga batuk tidak mampu mengeluarkan dahak akibat racun dari bakteri pertusis.

“Bakteri ini mengeluarkan 5 jenis toksin yang dapat menyebabkan saluran napas kita seperti lumpuh. Akibatnya, dahak tidak bisa dikeluarkan, dan bakteri dapat menetap meskipun banyak dahak yang dihasilkan,” ungkapnya dalam sebuah diskusi kesehatan.

Batuk yang diindikasi sebagai pertusis, menurutnya, bukanlah batuk ringan biasa dan akan berlangsung selama berbulan-bulan, bahkan dikenal sebagai batuk 100 hari.

Gejala yang dialami pada bayi yang berusia di bawah satu tahun meliputi batuk hingga wajah memerah dan dalam kondisi yang parah, bisa mengakibatkan terhentinya napas, pendarahan di mata, infeksi paru-paru, serta kejang akibat tekanan dari batuk yang terus menerus.

Sayangnya, dari gejala awal hingga diagnosis pertusis bisa diidentifikasi biasanya membutuhkan waktu sekitar 3 minggu batuk tidak berakhir, membuat banyak penderita sudah pada stadium lanjut.

“Jika ada batuk-batuk seperti ini dengan demam yang tidak tinggi, kemungkinan disertai pilek. Yang paling berbahaya adalah jika batuk berlangsung lama, di antara batuk bisa ada muntah, dan jika sudah seperti ini, penanganan sudah terlambat,” jelasnya.

Ia menjelaskan bahwa terdapat tiga tahap perkembangan penyakit pertusis. Tahap pertama mirip gejala batuk dan pilek biasa yang sering kali tidak diberi perhatian. Selanjutnya, tahap kedua ditandai dengan batuk yang semakin parah hingga berbulan-bulan disertai muntah. Akhirnya, tahap penyembuhan yang biasanya juga memakan waktu lama.

Pada tahap kedua, gejala pada anak sering terdiagnosis sebagai TBC atau alergi, dan dapat menyebabkan pertumbuhan paru-paru yang tidak normal. Selain itu, batuk hebat juga dapat mengakibatkan patah tulang, penurunan berat badan jika memiliki riwayat hernia, serta menyebabkan anak mengalami kurang gizi.

“Kondisi ini bisa menyebabkan anak tidak mau makan dan tidak mau minum, sehingga mengalami kurang gizi, perdarahan otak, kekurangan oksigen, kejang, kerusakan otak, bahkan kematian,” tambahnya.

Ia merekomendasikan agar penanganan terbaik untuk pertusis adalah dengan segera mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan perawatan yang tepat guna mengurangi racun dari bakteri pertusis. Obat yang diberikan berguna untuk menekan penularan dan mengatasi batuk.

Ia juga mengingatkan untuk banyak mengonsumsi air. Selain itu, segera lakukan pemeriksaan lebih lanjut jika anak mengalami batuk yang tak kunjung sembuh untuk diagnosa yang lebih dini.

Source link

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *