Aktris dan produser Prilly Latuconsina memberikan pandangannya terkait tren di industri film yang semakin memprioritaskan aktor dengan banyak pengikut di media sosial.
Dalam sebuah podcast, Prilly menyatakan keprihatinannya terhadap fenomena yang sering membuat kualitas akting seorang aktor tidak begitu diutamakan.
Bintang film “Budi Pekerti” itu mengatakan bahwa aktor yang sudah memiliki banyak pengikut di platform digital sering diajak bermain film karena popularitas, bukan karena kemampuan aktingnya.
Menurut Prilly Latuconsina, hal ini dapat berdampak pada perkembangan aktor tersebut, karena mereka tidak merasa perlu meningkatkan kualitas aktingnya.
“Karena mendapatkan film itu mudah untuk dia, karena dia udah besar di digital, jadi dia nggak enhance kualitas dia sebagai aktor,” ungkap Prilly seperti dikutip pada Kamis (24/10/2024).
Aktris kelahiran 1996 itu menekankan bahwa profesi aktor tidaklah mudah karena membutuhkan keahlian serta emosi yang mendalam. Sama halnya dengan profesi lain seperti dokter atau pelukis yang memiliki alat-alat tertentu untuk bekerja.
“Aktor, di saat kita melakukan pekerjaan, kita hanya punya emosi dan rasa yang harus kita keluarkan ke penonton. Susah banget. Emang gampang?” ujarnya.
Kesulitan dalam menemukan aktor berkualitas sering kali membuat produser memilih aktor yang sudah berpengalaman seperti Reza Rahadian atau Vino G. Bastian. Hal ini menurutnya wajar.
“Produser nggak mau ambil risiko, kalau misal ambil aktor yang belum ada pengalaman, terus nanti aktingnya jelek gimana?” kata Prilly.
Sebagai seorang produser di Sinemaku Pictures, Prilly Latuconsina menegaskan bahwa dalam pemilihan aktor, kualitas akting selalu menjadi prioritas utama, bukan jumlah pengikut di media sosial.
Semua calon aktor, termasuk yang sudah memiliki banyak pengikut, tetap harus melalui proses casting dan screen test untuk memastikan kesesuaian dengan karakter yang akan diperankan.
Kendati demikian, Prilly tidak menutup pintu bagi aktor-aktor baru untuk berkembang. Dia menjelaskan bahwa Sinemaku Pictures memberikan kesempatan kepada aktor pendatang baru, meski prosesnya dilakukan secara bertahap.
“Cuma nggak langsung kita kasih pemeran utama, bertahap gitu. Aku juga berkarier kan nggak langsung pemeran utama,” tutupnya.
Pernyataan Prilly ini bisa menjadi sentilan bagi industri film untuk lebih memprioritaskan kualitas akting ketimbang popularitas di media sosial.