JAKARTA – Jorge Martin memiliki peluang besar untuk meraih gelar juara dunia. Jika itu terjadi, Ducati tidak akan keberatan jika Martin menggunakan nomor start 1 di Aprilia pada musim depan.
Saat ini, nomor start 1 digunakan oleh Francesco Bagnaia sejak 2023. Pebalap yang berhasil menjadi juara dunia MotoGP berhak menggunakan nomor tersebut di musim berikutnya.
Pebalap Ducati Lenovo Team, Francesco Bagnaia, ketika beraksi dalam rangkaian MotoGP Jepang 2024 di Sirkuit Motegi, pada 4 Oktober 2024. (Photo by Toshifumi KITAMURA / AFP).
Menurut aturan, nomor start 1 merupakan hak pebalap, bukan pabrikan. Jadi, jika Martin menjadi juara dunia musim ini, dia bisa menggunakan nomor tersebut pada motor Aprilia RS-GP di musim depan.
“Sudah jelas bahwa jika Jorge memenangkan gelar, dia mungkin akan menjadi nomor satu, karena itu adalah sesuatu yang tidak bisa Anda dapatkan setiap hari,” kata Davide Tardozzi, manajer tim Ducati Lenovo MotoGP, seperti yang dikutip oleh Crash.net.
Jorge Martin
Tardozzi menambahkan bahwa bagi Ducati hal tersebut bukanlah masalah. Ducati berkomitmen untuk berusaha lebih keras lagi untuk merebut nomor start 1 untuk tahun 2026 mendatang.
“Jika dia memenangkan kejuaraan, dia bisa membawa dirinya sendiri menjadi nomor satu, tetapi dia menang dengan Ducati. Jadi, bagi kami, itu bukan masalah,” ujarnya.
Francesco Bagnaia
Walaupun Tardozzi mengatakan mereka tidak mempermasalahkan penggunaan nomor start 1, Casey Stoner yakin ada beberapa orang di Ducati yang tidak ingin kehilangan nomor tersebut ketika berpindah ke Aprilia tahun depan.
“Itu yang Gigi (Dall’Igna) pikirkan, tetapi ada beberapa bos di Ducati yang tidak ingin kehilangan nomor start 1,” ujar Stoner.
Jorge Martin saat berlaga pada MotoGP Spanyol 2024
Stoner berpendapat bahwa Martin telah menunjukkan dirinya layak untuk menjadi juara dunia MotoGP. Peningkatannya dan kemampuannya sangat mengesankan.
“Bagi Ducati, ini akan menjadi pukulan berat karena kehilangan dia tahun depan, tetapi saya rasa lebih dari itu bagi Jorge, yang telah menghabiskan bertahun-tahun setia kepada merek ini, telah berusaha keras untuk bersaing dengan Bagnaia dalam balapan dan kejuaraan, dan mereka merampas kesempatannya untuk naik ke tim pabrikan,” ujar Stoner.
Stoner menambahkan bahwa tindakan Ducati terhadap Martin tidak adil. Namun, ia memahami bahwa itulah cara kerja Ducati, meski hal ini membuat mereka kehilangan banyak pebalap.