Gus Miftah – Jauh sebelum mengundang kontroversi dengan komentar tentang Yati Pesek dan penjual es teh, Gus Miftah pernah mendapat teguran dari seorang siswa SMA karena kebiasaannya yang sering berbicara kasar.
Pada suatu kesempatan, Gus Miftah sedang mengisi kajian di hadapan siswa-siswa SMA. Salah satu murid perempuan kemudian bertanya mengenai alasan mengapa Miftah Maulana, sebagai seorang ulama, sering menggunakan bahasa yang tidak sopan.
Gus Miftah lalu menjelaskan bahwa dirinya berbicara dengan cara demikian karena audiensnya mirip dengan para siswa SMA itu.
“Nah Gus Miftah ini kan seorang kyai. Nah prinsip Gus Miftah ini kok masih ngomong kasar itu gimana?” tanya salah satu murid perempuan.
“Soalnya yang tak hadapi itu orang-orang kayak kamu,” jawab Gus Miftah.
Setelah itu, Gus Miftah kembali menjelaskan kebiasaannya berbicara kasar bertujuan agar dapat lebih dekat dengan jemaahnya yang berasal dari kalangan marjinal.
“Jadi gini kebiasaan saya ngomong nggak enak itu sengaja untuk membuat saya dekat dengan kawan-kawan saya kaum marjinal,” katanya.
Pria yang merupakan mantan Utusan Khusus Presiden ini mengungkapkan bahwa beberapa jemaahnya merasa enggan untuk mengaji lagi karena cara bicaranya dianggap terlalu formal dan agamis.
“Jadi, dulu itu saya pernah ngaji yang dibaca ayat sama hadist. Mereka langsung bilang ‘Gus besok nggak usah ngaji aja ya, saya pusing dengar kayak gitu’,” jelasnya.
Selain itu, Gus Miftah juga pernah menjadi sasaran kritik karena bersalaman dengan seorang wanita yang bekerja sebagai PSK.
“Saya juga pernah digituin sama orang, gara-gara saya pernah salaman dengan mbak PSK setelah ngaji. Mereka bilang ‘Bukan muhrim kok salaman dan sebagainya’,” jelasnya.
Di sisi lain, Gus Miftah berargumen bahwa ia bersalaman dengan wanita tersebut agar mereka tetap mau datang untuk mengaji, mengingat ada jemaah yang menolak mengaji lagi saat ia tidak mau bersalaman.
“Dulu bu, gara-gara saya tidak mau salaman, mereka memutuskan untuk tidak mau ngaji. Mereka bilang tidak usah ngaji, kyainya sok suci,” tuturnya.
Karena itu, Gus Miftah memilih untuk tetap bersalaman dengan perempuan, termasuk para PSK, agar mereka mau berpartisipasi dalam kegiatan mengaji.
“Saya lebih baik bersalaman dengan mereka, biar mereka mau ngaji, daripada saya tidak salaman terus mereka tidak mau ngaji,” ujar Gus Miftah.
Gus Miftah menegaskan bahwa kebiasaannya berkumpul dengan para PSK itulah yang membuat dia sering berbahasa kasar. Namun, ia tidak pernah menghina mereka dan selalu menggunakan bahasa yang halus ketika berkomunikasi dengan istrinya.
“Nah bahasa saya itu karena terbiasa bertemu dengan mereka. Tapi demi Allah, saya ngaji 23 tahun dengan mbak-mbak di sana nggak pernah saya memanggil lonte,” ujarnya.