JAKARTA – Menuruni jalan sering kali menimbulkan risiko jika tidak dilakukan dengan hati-hati. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kemiringan jalan, permukaan yang licin, dan kemungkinan peningkatan kecepatan yang tidak disadari.
Contohnya adalah kecelakaan beruntun di KM 92 ruas Tol Cipularang atau Purbaleunyi, Purwakarta, Jawa Barat pada hari Senin (11/11/2024), di mana diduga truk pengangkut kardus mengalami rem blong dan menabrak 16 kendaraan di depannya.
Kontur jalan yang menurun mengharuskan pengemudi untuk memiliki keterampilan yang baik dalam mengoperasikan mobil, terutama saat menggunakan transmisi otomatis.
Sony Susmana, Direktur Pelatihan Safety Defensive Consultant Indonesia, menjelaskan bahwa di Tol Cipularang, sebaiknya pengemudi menggunakan gigi rendah untuk menjaga kecepatan tetap rendah.
“Bagi sebagian pengemudi, hal ini sulit diterima, sehingga lebih memilih menggunakan gigi tinggi sambil berharap tidak ada rintangan,” ujar Sony.
Ia menambahkan bahwa cara pengereman mobil manual dan otomatis pada dasarnya sama, dengan prinsip menahan laju kendaraan sesuai aturan lalu lintas untuk menjaga kecepatan tetap terkontrol, yang pada gilirannya dapat menstabilkan emosi pengemudi.
Dalam pengereman mobil otomatis yang aman, pengguna perlu mempertimbangkan kebutuhan dan menghindari memberikan beban berlebihan pada rem.
“Saat menghadapi turunan, rem perlu diberikan jeda waktu sepersekian detik. Pindahkan transmisi otomatis ke gigi rendah untuk mengurangi beban berat, menghasilkan energi dorong untuk menahan mobil. Dari posisi D, pindahkan ke gigi 2, hingga posisi terendah di L atau 1. Ini membantu mencegah rem dari overheating,” jelas Sony.
Walaupun tidak ada gesekan mesin yang sama seperti pada engine brake di mobil manual, fungsi ini tetap dapat meningkatkan kontrol atas kendaraan.
Selain itu, dalam kondisi hujan, permukaan jalan yang licin mengharuskan pengemudi untuk mengurangi kecepatan hingga 20 persen dibandingkan saat kondisi kering.