Masalah Kesehatan Gigi di Indonesia
Masalah kesehatan gigi, seperti gigi berlubang dan kehilangan gigi, adalah hal yang umum di Indonesia. Menurut data dari Kementerian Kesehatan tahun 2023, proporsi gigi yang hilang, dicabut, atau tanggal di Indonesia mencapai 21%. Penyebaran tertinggi terjadi pada individu berusia 65 tahun ke atas, mencapai 46,5%. Namun, dampak kehilangan gigi ini dapat dirasakan oleh individu dari semua kelompok usia, termasuk mereka yang berada di usia produktif.
Menariknya, survei yang sama menunjukkan bahwa 91,9% orang yang disurvei belum pernah mengunjungi dokter gigi karena berbagai alasan, termasuk tidak pernah merasakan sakit gigi, merasa tidak perlu, atau lebih memilih untuk mengobati diri sendiri.
Padahal, jika masalah kehilangan gigi dibiarkan tanpa penanganan tenaga kesehatan, hal ini dapat berdampak pada kesehatan secara keseluruhan.
Dampak dari Gigi Ompong yang Sering Tak Disadari:
1. Pengaruh Kehilangan Gigi terhadap Kemampuan Bicara
Kehilangan gigi dapat memengaruhi kemampuan seseorang dalam berbicara. Ketika kehilangan satu atau beberapa gigi, cara pelafalan bisa berubah, dan pengucapan menjadi kurang jelas, yang dapat mengganggu komunikasi sehari-hari.
2. Sulit Mengunyah dan Menelan
Kehilangan gigi dapat mengganggu kemampuan seseorang dalam mengunyah dengan baik, sehingga membatasi jenis makanan yang bisa dikonsumsi. Hal ini berpotensi menyebabkan kurangnya kecukupan gizi karena kesulitan dalam mengonsumsi makanan yang bervariasi.
Situasi ini harus dihindari, terutama bagi kelompok usia tertentu yang memerlukan asupan nutrisi harian. Keterbatasan dalam makan juga dapat membuat seseorang merasa terasing dari pengalaman sosial dan terhalang untuk menikmati makanan kesukaan bersama orang-orang terdekat.
3. Perubahan pada Struktur Wajah
Kehilangan gigi dalam jangka panjang dapat mengubah struktur wajah. Tanpa gigi, tulang rahang akan menyusut seiring waktu, membuat wajah terlihat lebih tua dan cekung, yang dapat mempengaruhi penampilan secara keseluruhan.
Selain itu, kehilangan gigi menyebabkan otot-otot wajah kehilangan dukungan, sehingga tampilan wajah menjadi lebih berkerut dan terlihat lebih tua. Perubahan fisik ini dapat mencakup sudut mulut yang menurun, penipisan bibir, penampilan bibir atas yang lebih panjang, serta hidung yang tampak lebih besar akibat hilangnya dukungan untuk bibir atas.
“Kehilangan gigi bisa terjadi pada semua rentang usia dengan berbagai penyebab. Mulai dari perilaku kesehatan gigi yang buruk hingga diet tinggi gula yang dapat menyebabkan gigi berlubang dan harus dicabut. Selain itu, trauma akibat kecelakaan, penyakit gusi, kebiasaan merokok yang memperburuk kesehatan gigi, serta berbagai kondisi lainnya juga berkontribusi terhadap masalah ini. Jika dibiarkan terlalu lama, kehilangan gigi akan berdampak pada kemampuan fisik dan estetika wajah,” jelas drg. Murti Indrastuti M.Kes., Sp. Pros (K), Ketua Departemen Prostodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada.
Dijelaskan oleh drg. Murti, penggunaan gigi palsu atau gigi tiruan merupakan salah satu solusi untuk menggantikan fungsi gigi yang hilang, sehingga individu tetap dapat berbicara, mengunyah, dan menelan dengan baik. Gigi palsu juga berfungsi sebagai penopang otot wajah, membantu mempertahankan struktur wajah secara keseluruhan. Secara umum, perawatan gigi palsu relatif mudah dan tidak memerlukan operasi, sehingga bersifat non-invasif. Misalnya, penggunaan perekat yang memudahkan pengaturan dan pembersihan gigi palsu. Namun, pembuatan gigi palsu sebaiknya disarankan oleh dokter setelah menganalisis kondisi kesehatan pasien secara menyeluruh.