Dokter spesialis kulit dan kelamin, Dr. dr. Fitria Agustina, menegaskan bahwa penggunaan parutan jagung untuk menyembuhkan cacar tidak memiliki dasar ilmiah dan justru dapat meningkatkan risiko infeksi tambahan pada kulit yang rusak.
“Parutan jagung bisa menyebabkan iritasi pada kulit yang sudah terkena cacar, sehingga memperburuk kondisi dan memperlama proses penyembuhan,” ujarnya pada Kamis (22/8/2024).
Lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu menjelaskan bahwa jagung yang diparut merupakan bahan yang tidak steril. Penggunaan parutan jagung ini bisa memperparah infeksi kulit yang diakibatkan oleh cacar.
“Jagung yang diparut bukanlah bahan steril, dan ini dapat memperburuk infeksi pada kulit yang sudah terkena cacar,” tambahnya.
Untuk menyembuhkan bekas cacar, Fitria merekomendasikan untuk menggunakan perawatan yang sudah disarankan oleh dokter, seperti salep atau pelembap.
“Perawatan yang dianjurkan adalah menjaga kebersihan kulit dan menggunakan pelembap atau salep yang direkomendasikan oleh dokter untuk mempercepat penyembuhan bekas cacar,” jelasnya.
Selain itu, Fitria juga menekankan pentingnya menjaga kulit yang terkena infeksi agar tetap kering dan bersih.
“Cuci kulit dengan sabun berbahan ringan dan air bersih, serta gunakan pelembap ringan untuk mencegah kulit menjadi lebih kering dan iritasi,” ujarnya.
Jika terjadi infeksi sekunder, dokter akan meresepkan antibiotik topikal atau oral untuk mengurangi rasa perih yang mungkin muncul.
Fitria juga memperingatkan agar tidak menggaruk atau memencet luka, karena hal ini dapat menyebabkan infeksi menyebar dan memperburuk kondisi kulit.
“Menggaruk atau memencet luka bisa menyebabkan luka menjadi lebih dalam dan berpotensi meninggalkan bekas luka yang lebih parah,” kata Fitria.
Ia juga mengingatkan untuk menghindari penggunaan bahan alami yang belum terbukti secara ilmiah, seperti parutan jagung. Selain itu, penting untuk menghindari paparan sinar matahari berlebihan selama proses penyembuhan luka infeksi, karena hal ini bisa memperparah peradangan dan meningkatkan risiko hiperpigmentasi.