Penggunaan jagung parut untuk cacar sudah lama diaplikasikan oleh sebagian masyarakat. Lantas, apakah cacar bisa hilang dengan jagung?
Faktanya, belum ada penelitian yang membuktikan khasiat jagung untuk menyembuhkan cacar. Parutan jagung yang dioleskan pada luka atau ruam cacar justru bisa memperburuk kondisi penderita.
Untuk lebih jelasnya, simak pemaparan dokter spesialis kulit berikut.
Dokter spesialis kulit dan kelamin Dr. dr. Fitria Agustina Sp.D.V.E., FINSDV, FAADV mengatakan jagung yang diparut untuk menyembuhkan cacar tidak ada bukti ilmiahnya.
Pemakaian jagung justru bisa meningkatkan risiko infeksi tambahan pada luka atau kulit yang sudah rusak.
“Parutan jagung bisa menyebabkan iritasi pada kulit yang sudah terkena cacar, sehingga memperburuk kondisi kulit dan memperlama penyembuhan,” ungkap Fitria.
Dokter lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) itu mengatakan, jagung yang diparut merupakan bahan yang tidak steril, dan akan memperburuk infeksi kulit akibat cacar.
Mengoleskan parutan jagung mengakibatkan ruam atau lepuh cacar terkontaminasi oleh kotoran dan terinfeksi.
Jika lepuh terinfeksi, maka akan terlihat merah, bengkak, nyeri, dan bernanah. Bintik cacar yang terpapar jagung juga berisiko pecah sehingga infeksi menyebar ke bagian tubuh lain.
Untuk itu, Fitria menyarankan pasien melakukan pengobatan cacar yang sudah dianjurkan dokter, misalnya memakai salep atau pelembap.
“Untuk penyembuhan bekas luka cacar, perawatan yang dianjurkan adalah menjaga kebersihan kulit dan menggunakan pelembap atau salep yang direkomendasikan oleh dokter,” katanya.
Fitria juga mengatakan, hal yang perlu dilakukan jika kulit terkena infeksi, pasien harus menjaga kulitnya agar tetap kering dan bersih, cuci dengan sabun berbahan ringan dan air yang bersih.
Gunakan pelembap ringan yang bisa membantu menjaga kelembapan kulit dan mencegah kulit menjadi lebih kering dan iritasi. Jika infeksi sekunder, dokter akan meresepkan antibiotik topikal atau oral untuk meminimalisasi rasa perih yang mungkin ditimbulkan.
“Hindari menggaruk, bisa menyebabkan infeksi menyebar dan memperburuk kondisi kulit,” tambahnya.
Menggaruk atau memencet luka, kata Fitria juga bisa menyebabkan luka menjadi lebih dalam dan berpotensi meninggalkan bekas luka.
Dia juga mengingatkan untuk menghindari penggunaan bahan alami yang belum terbukti secara ilmiah seperti jagung yang diparut atau bahan lain yang tidak disarankan oleh dokter.
Hindari pula sinar matahari berlebihan saat proses penyembuhan luka infeksi karena bisa memperparah peradangan dan meningkatkan risiko bekas luka atau hiperpigmentasi.