SOLO – Saat mengendarai mobil matik dengan transmisi Continuously Variable Transmission (CVT), pengendara akan merasakan kenyamanan lebih karena perpindahan rasio percepatan yang halus tanpa hentakan.
Namun, di balik kenyamanan tersebut, terdapat kebiasaan yang seringkali dianggap sepele tapi dapat berdampak serius bagi kesehatan mesin dan komponen transmisi, terutama sabuk baja CVT.
Kebiasaan yang paling sering diabaikan pengemudi mobil CVT adalah penggunaan posisi L saat menanjak dan cara berpindah posisi tuas transmisi dari D ke R maupun sebaliknya.
Apakah mobil matik transmisi CVT sulit menanjak?
Pemilik Aha Motor Spesialis Nissan & Datsun, Hardi Wibowo, menyatakan bahwa kebiasaan menggunakan posisi L saat mobil tidak kuat menanjak sangat berbahaya dan bisa membuat komponen CVT rontok.
Hardi menjelaskan, perpindahan tuas CVT dari D ke L saat mobil tidak kuat menanjak itu masih banyak salah paham. “Khusus mobil matik CVT, posisi L itu tidak sama dengan gigi lebih rendahnya mobil manual, jadi tidak seharusnya digunakan saat mobil mulai tidak kuat nanjak sambil menginjak pedal gas lebih dalam,” katanya.
Menurut Hardi, jika hal tersebut dilakukan, maka akan berpeluang slip di sabuk baja dan puli sehingga bisa membuat komponen dalam CVT rontok.
“Jika memang tidak kuat nanjak dan di tanjakan sudah hampir terlampaui, maka boleh saja menggunakan posisi L dengan catatan memainkan gas dengan pelan atau tidak lebih dari 2.500 rpm, sambil diimbangi dengan rem tangan,” tambahnya.
Wuling Almaz dilengkapi dengan transmisi CVT 8 percepatan
Selain itu, Jamaludin, Head of Nissan Academy PT Nissan Motor Indonesia, mengingatkan untuk menghindari kebiasaan pindah tuas transmisi dari D ke R jika belum berhenti total. “Ketika parkir, saat proses pemindahan dari D ke R atau sebaliknya, biasanya pengemudi tidak menunggu kendaraan benar-benar berhenti, hal ini akan membebani torque converter maupun sabuk bajanya,” ujar Jamal.
Jamal menjelaskan, kebiasaan tersebut tidak akan masalah pada transmisi manual karena ada kopling yang bisa memutus putaran mesin dan roda penggerak secara manual. “Namun pada CVT, pemutusan gaya putaran mesin terjadi di dalam CVT dengan mengandalkan kopling fluida, dan pemutusan tidak terjadi sepenuhnya karena prinsip kerjanya demikian,” lanjutnya.
Menurutnya, tindakan tersebut dapat memperbesar peluang terjadinya selip antara sabuk baja dan puli sehingga ada risiko sabuk baja rontok dan sejenisnya.