Artikel – Pernyataan yang berbeda menciptakan ketidaksepakatan yang tersirat antara seniman Yos Suprapto dan kurator pamerannya, Suwarno Wisetrotomo. Keduanya memiliki alasan kuat dalam menyikapi lukisan-lukisan yang dipajang, dengan pandangan yang saling bertentangan.
Seniman berusaha mempertahankan karyanya, sementara kurator tetap setia pada tema yang telah disepakati. Perbedaan perspektif ini menimbulkan berbagai pertanyaan di kalangan publik, di mana terlihat bahwa lebih banyak dukungan diberikan kepada Yos Suprapto dibandingkan Suwarno Wisetrotomo.
Akibat dari keberpihakan tersebut, Suwarno harus berhadapan dengan kritik dan komentar negatif dari warganet di Instagram. Bahkan, kemampuan Suwarno sebagai seorang kurator pun dipertanyakan.
Untuk memahami situasi ini, mari kita cari tahu lebih dalam tentang latar belakang Suwarno Wisetrotomo. Suwarno dikenal sebagai seorang seniman grafis sekaligus kurator. Dia lulus dari jurusan seni grafis di ISI Yogyakarta, yang merupakan langkah awal yang didasari oleh bakatnya di bidang melukis dan menggambar.
Keahlian Suwarno dalam menggambar membuatnya diakui oleh salah satu gurunya, yang menyandingkannya dengan Raden Saleh. Suwarno sering diutus untuk mengikuti berbagai lomba seni.
Sebelum menjalani pendidikan di ISI Yogyakarta, Suwarno menempuh pendidikan di Sekolah Seni Rupa Indonesia (SMSR) dan berhasil lulus pada tahun 1982.
Selain itu, rekam jejak Suwarno juga dapat dilihat dari latar belakang pendidikannya di Universitas Gadjah Mada. Ia meraih gelar S2 di Sekolah Pascasarjana UGM dengan Program Studi Sejarah.
Selain aktif di dunia kuratorial, Suwarno juga berprofesi sebagai dosen di Fakultas Seni Rupa ISI Yogyakarta. Posisi ini diiringi oleh pandangannya mengenai seni, di mana ia percaya bahwa seni dapat dinikmati oleh siapa saja dari berbagai latar belakang.
Menurut Suwarno, seni adalah alat untuk menyampaikan apa yang terjadi di sekitar kita dan juga berfungsi untuk membangun kepekaan baik bagi seniman maupun penikmat seni.