BeritaKesehatan

Beda Implan Payudara-Bokong vs Implan Tulang: Bisa untuk Saraf Terjepit!

×

Beda Implan Payudara-Bokong vs Implan Tulang: Bisa untuk Saraf Terjepit!

Share this article
Beda Implan Payudara-Bokong vs Implan Tulang: Bisa untuk Saraf Terjepit!

Kebanyakan orang berpikir implan hanya bisa digunakan untuk payudara dan bokong, padahal implan juga ada di tulang dan sering digunakan untuk mengatasi saraf terjepit alias hernia nucleus pulposus (HNP).

Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi, Konsultan Tulang Belakang Eka Hospital BSD, dr. Harmantya Mahadhipta, Sp.OT (K) Spine, menjelaskan bahwa implan tidak hanya digunakan untuk bidang estetika, tetapi semua benda asing yang dipasang di tubuh disebut dengan implan.

“Jadi, kita harus samakan persepsi dulu tentang kata implan. Masyarakat awam seringkali hanya tahu tentang pemasangan pen. Namun, mereka mungkin tidak tahu bagaimana bentuk pen tersebut. Dalam bayangan mereka, mungkin berupa logam baja atau sekrup, padahal semua produk yang dipasang dalam tubuh kita disebut implan, termasuk implan payudara atau implan bokong,” ujar dr. Harmantya dalam acara podcast di Pondok Aren, Banten.

Dokter yang telah menjalani pendidikan khusus tulang belakang di berbagai negara ini menyebutkan bahwa metode pemasangan implan yang cukup mutakhir di Indonesia adalah lumbar disc replacement (LDR). Tindakan ini dilakukan jika bantalan sendi mengalami masalah atau rusak akibat penuaan atau saraf terjepit.

Menurut dr. Harmantya, bantalan sendi yang terletak di sepanjang tulang belakang dari leher hingga bokong berfungsi seperti komponen shockbreaker pada kendaraan. Komponen tulang ini menjaga agar tidak terjadi guncangan dan gesekan antar tulang. Namun, seiring bertambahnya usia, bantalan sendi bisa menipis, rusak, atau bahkan robek akibat cedera atau saraf terjepit.

“Seperti halnya shockbreaker mobil yang perlu diganti, bantalan sendi yang rusak juga perlu ‘masuk bengkel’, dalam hal ini kamar operasi untuk diganti,” jelas dr. Harmantya.

Dokter Spesialis Ortopedi dan Traumatologi, Konsultan Tulang Belakang Eka Hospital BSD, dr. Harmantya Mahadhipta, Sp.OT (K) Spine di Pondok Aren, Banten, Rabu (11/12/2024)

Dokter yang berpraktik di Gatam Institute ini memaparkan ada beberapa jenis implan tulang untuk bantalan sendi. Khusus pen yang lebih fleksibel dan bisa bergerak disebut dengan lumbar disc replacement, yang dinilai lebih baik karena bisa menyesuaikan dengan gerakan tubuh, terutama pinggang yang cenderung bergerak terus menerus.

“Jadi, jika perlu diganti, saya sebisa mungkin akan memilih yang bisa bergerak,” ungkapnya.

Meski demikian, dr. Harmantya menjelaskan bahwa bantalan sendi yang bermasalah tidak membahayakan nyawa, tetapi rasa nyeri yang tidak tertahankan bisa sangat mengganggu pasien. Pada umumnya, pasien dengan masalah sendi akan merasakan sakit ketika bergerak.

Ia menambahkan, biasanya pasien yang datang dengan keluhan tulang belakang akan ditanya terlebih dahulu tentang rasa nyeri yang mereka alami. Jika kondisinya sudah berlangsung bertahun-tahun dan telah menjalani berbagai terapi dan pengobatan namun tidak kunjung membaik, dokter akan merekomendasikan tindakan penggantian bantalan sendi alias LDR.

Di sisi lain, jika seseorang berpikir semua masalah tulang belakang perlu dioperasi dari belakang, pemikiran ini keliru. dr. Harmantya, yang telah menjalani pelatihan di Swiss pada Desember 2019, menyatakan bahwa tindakan operasi LDR dilakukan dari depan alias perut.

“Dibandingkan dengan operasi dari belakang, jauh lebih nyaman bagi pasien ketika operasi dilakukan dari depan. Nyerinya juga lebih ringan. Biasanya, setelah operasi penggantian bantalan sendi, pasien sudah bisa pulang dalam sehari,” jelasnya.

Dokter yang juga aktif memberikan edukasi tentang kesehatan di media sosialnya menjelaskan bahwa tindakan penggantian bantalan sendi tidak memakan waktu lama, hanya berkisar 45 hingga 60 menit untuk satu bantalan sendi. Namun, proses persiapan operasi seperti pembiusan hingga pemantauan pasca operasi memerlukan waktu tambahan.

“Jadi, operasi yang hanya berlangsung satu jam mungkin memerlukan waktu total sekitar 4 hingga 5 jam bagi pasien yang menunggu di luar. Meskipun proses operasinya hanya satu jam, ada banyak langkah yang harus dilalui,” pungkasnya sembari setengah berkelakar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *