Gus Iqdam tampaknya tidak terpengaruh oleh hujatan warganet terkait pernyataannya saat menegur penjual es teh di acara pengajiannya.
Pada acara pengajian tersebut, Gus Iqdam justru mengajak para jamaah untuk tidak saling memecah belah antara tokoh-tokoh agama.
Ulama asal Blitar, Jawa Timur itu mengungkapkan bahwa hujatan tersebut dapat membuat para tokoh agama merasa takut dan enggan untuk mengadakan pengajian lagi.
“Sekarang ini jangan sampai kalian membenturkan tokoh-tokoh. Jika para ulama jadi takut, bagaimana?” kata Gus Iqdam seperti dilansir dari sebuah akun di media sosial.
Gus Iqdam menyoroti keberadaan media sosial saat ini yang dinilai sangat keras. Netizen bebas berkomentar dan menghujat tanpa memahami situasi sebenarnya.
Di sisi lain, Gus Iqdam yakin bahwa netizen yang suka menghujat para ulama biasanya tidak pernah hadir di pengajian yang mereka selenggarakan.
“Media sosial itu sangat kejam. Saya yakin netizen yang menghujat dengan buruk tidak pernah hadir di pengajian. Jadi mereka tidak tahu keadaan,” ujarnya.
Ia kemudian mengemukakan tentang videonya yang menegur penjual es tersebut, di mana ia meminta agar penjual tidak berjualan hingga kiamat setelah membeli dagangan senilai Rp 500 ribu.
Menurut Gus Iqdam, pernyataannya itu merupakan doa agar penjual es bisa menjadi bos, bukan lagi pedagang kaki lima.
“Saya dihujat lagi karena mengatakannya. Padahal itu doa, agar dia tidak lagi berjualan seperti itu dan bisa jadi juragan,” ujarnya.
Walaupun begitu, Gus Iqdam tidak peduli jika videonya tersebut dipotong dan dipelintir, yang menyebabkan hujatan dari netizen.
Bagi Gus Iqdam, netizen yang menghujat tanpa mengetahui keadaan sebenarnya merupakan netizen yang kurang bijak.
“Tapi, jika kalian memotong dan memelintir, ya itu terserah. Netizen kan bisa dianggap bodoh,” tegasnya.