BeritaEntertainmentSelebritis

Pakai Kata Kasar Saat Bahas Kiai Ageng Muhammad Besari, Gus Miftah Dikritik: Apa Pantas Beri Wejangan?

×

Pakai Kata Kasar Saat Bahas Kiai Ageng Muhammad Besari, Gus Miftah Dikritik: Apa Pantas Beri Wejangan?

Share this article
Pakai Kata Kasar Saat Bahas Kiai Ageng Muhammad Besari, Gus Miftah Dikritik: Apa Pantas Beri Wejangan?

Kekesalan Gus Miftah – Kekesalan muncul dari dalam diri Gus Miftah, terutama setelah namanya ramai tak diakui sebagai keturunan dari Kiai Ageng Muhammad Besari.

Melalui salah satu acara pengajian, kekesalan tersebut bahkan disampaikan secara langsung. Pria bernama lengkap Miftah Maulana ini mengaku kesal dengan mereka yang menyebut diri sebagai keturunan Kiai Ageng Muhammad Besari namun tak bermodal.

“Aku itu sebel orang pada ngaku-ngaku cucunya Mbah Muhammad Besari, tapi kalau ada acara, modal aja enggak mau,” ujar Gus Miftah pada salah satu tayangan di YouTube.

Kemudian Gus Miftah menyatakan bahwa dirinya tak masalah jika tidak diakui sebagai cucu. Pasalnya, bantuan akan tetap diberikan olehnya tanpa adanya pengakuan.

“Saya enggak perlu diakui cucu enggak apa-apa, tapi kalau ada acara aku bantu,” tegasnya.

Kekesalan Gus Miftah tersebut berujung pada sindiran menohok. Gus Miftah secara tiba-tiba menyinggung soal makam dari mendiang Kiai Ageng Muhammad Besari.

Konon, banyak yang berebut untuk menjadi keturunan dari Kiai Ageng Muhammad Besari. Mirisnya, mereka justru mengabaikan makam dari sang ulama.

“Semuanya rebutan merasa cucunya Mbah Muhammad Besari, tapi enggak mau merawat makamnya Mbah Muhammad Besari,” sindir Gus Miftah.

Sindiran tersebut tidak berhenti di sana. Justru ditambah dengan kata kasar yang masih keluar dari mulut Gus Miftah.

“Bikin proposal ke sana-sini tapi hasilnya nggak buat makam. Yang modelnya kayak gitu, j****k banget,” sambung Gus Miftah.

Gus Miftah (Instagram)

Pernyataan dari Gus Miftah ini kemudian menjadi topik perbincangan di media sosial. Kritikan pun dilayangkan untuk tutur bahasanya yang tidak mewakili seorang pendakwah.

“Ya kurangi dulu bahasa dan perilaku kasarmu di depan publik. Kepercayaan itu dibangun lewat pengalaman hidup, bukan dipaksakan lewat kata-kata,” kata seorang warganet.

“Justru kalau bisa sebaliknya, kalau masih kelakuan seperti j***k tidak usah memaksakan untuk mengaku sebagai keturunan kiai,” saran warganet.

“Tuh kan, penceramah tapi yang keluar dari mulutnya semua umpatan, apa pantas memberikan wejangan?” sindir warganet.

“Waduh mulai lagi mulutnya,” warganet lainnya menyambung.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *