Panggilan Gus Miftah yang sering digunakan untuk anak seorang kyai pernah jadi perdebatan di kalangan para Gus, sebelum videonya yang menghina penjual es teh menjadi viral.
Di momen tersebut, Gus Miftah menceritakan bahwa dirinya pernah dianggap remeh oleh banyak orang saat membangun sebuah pondok pesantren bernama Ora Aji di Yogyakarta.
Orang-orang meragukan sosok Miftah Maulana, yang dianggap bukan siapa-siapa namun berusaha mendirikan pondok pesantren.
“Saya dulu bikin pondok di Jogja, semua orang meremehkan saya. Miftah itu siapa,” jelas Gus Miftah.
Bahkan, Miftah Maulana pernah dikeluarkan dari grup WhatsApp para Gus karena dianggap tidak layak untuk bergabung.
“Saya dimasukkan ke WA grup para Gus, namun dikeluarkan. Miftah nggak pantas gabung WA grup para Gus,” ungkapnya.
Pasalnya, mereka mempertanyakan asal-usul orangtua Gus Miftah agar dirinya bisa disebut “Gus”.
“Saya dikeluarkan, Miftah itu anaknya siapa? Kok ngerti-ngerti Gus,” tambahnya.
Menurut Gus Miftah, para Gus yang mengklaim bahwa ayah mereka hebat adalah orang-orang yang tidak tahu malu.
Dia menjelaskan bahwa mereka mendapatkan sebutan “Gus” semata-mata karena reputasi ayah mereka, bukan karena prestasi diri sendiri.
“Saya bilang generasi yang paling jelek itu adalah mereka yang mengatakan bapak saya orang hebat, sementara mereka sendiri bukan siapa-siapa. Malu,” ujarnya.
Oleh karena itu, Gus Miftah merasa perlu menegur para Gus tersebut agar sadar bahwa mereka juga bukan siapa-siapa.
“Makanya saya bilang para Gus, kamu itu malu yang hebat bapakmu bukan dirimu,” tegasnya.
Saat ini, panggilan Gus Miftah kembali dipermasalahkan karena ia hanya seorang anak petani dan pedagang sayuran.
Miftah Maulana dikenal sebagai “Gus” karena ayahnya sering dipanggil “kyai” oleh masyarakat desa, meskipun bukan seorang kyai besar.