KLATEN – Penggantian oli dan onderdil mobil sepenuhnya menjadi tanggung jawab konsumen. Pihak bengkel dapat memberikan saran mengenai perawatan terbaik dan waktu yang tepat untuk melakukan penggantian.
Dengan demikian, menunda penggantian oli dan onderdil mobil bisa dilakukan berdasarkan keputusan konsumen, tentunya dengan risiko tertentu.
Menurut Arif Nugroho, seorang Service Advisor di Hyundai Solo Baru, pihak bengkel telah memberikan rekomendasi mengenai penggantian oli mesin yang ideal.
“Idealnya, penggantian dilakukan setiap 5.000 Km atau setiap 6 bulan. Meskipun konsumen memiliki hak untuk menundanya, kami tetap menyarankan agar penggantian dilakukan tepat waktu, terutama berkaitan dengan oli,” ujar Arif.
Arif juga menjelaskan bahwa semakin lama durasi penggunaan oli mesin, kualitasnya akan semakin menurun karena meningkatnya kontaminan yang terakumulasi.
“Ketika mobil dilumasi dengan oli yang sudah tidak berkualitas, maka semakin besar peluang komponen bergerak mengalami keausan, yang sebaiknya dipertimbangkan,” tambah Arif.
oli mesin bisa berubah jadi lumpur bila sering telat diganti
Hardi Wibowo, pemilik bengkel Aha Motor di Yogyakarta, juga mengingatkan bahwa risiko telat ganti oli bisa berakibat serius hingga perlu melakukan perbaikan pada mesin.
“Jika oli sampai berkerak atau berubah menjadi lumpur karena tidak diganti tepat waktu, mesin mobil bisa macet. Saat di-starter, mobil tidak mau hidup meskipun aki dan motor starter dalam keadaan baik,” jelas Hardi.
Dia menekankan bahwa komponen mesin yang tidak menerima pelumasan yang baik cenderung akan menjadi panas dan mengalami memuai, yang pada akhirnya menyebabkan keausan dan kerusakan.
“Poros engkol bisa terkunci dan tidak dapat diputar, yang memerlukan penanganan lebih lanjut pada mesin. Oleh karena itu, sangat penting untuk tidak menunda penggantian oli,” tegas Hardi.