Ratusan penelitian membuktikan bahwa vaksinasi pada anak dapat mencegah sakit berat akibat penyakit. Namun, masih ada orangtua yang enggan memberikan vaksinasi kepada anak-anaknya, bahkan sejak lahir. Padahal, hal ini bisa mengakibatkan kecacatan atau disabilitas pada anak!
Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Prof. Hartono Gunardi, Sp.A(K) menjelaskan bahwa anak yang tidak pernah diimunisasi sejak lahir akan sangat rentan terhadap penyakit.
“Anak yang tidak pernah mendapatkan imunisasi akan rentan terhadap infeksi. Secara teoritis, anak-anak tersebut sangat berisiko menderita sakit, padahal pencegahannya cukup mudah, yaitu dengan membawa mereka ke Posyandu atau Puskesmas untuk mendapatkan vaksinasi yang disediakan secara gratis oleh Kementerian Kesehatan,” ungkap Prof. Hartono dalam acara Peringatan Hari Pneumonia Sedunia 2024 di Jakarta.
Prof. Hartono memperingatkan agar tidak sembarangan menganggap anak yang terlihat sehat meskipun tidak divaksinasi. Ada kemungkinan anak tersebut terlindungi oleh kekebalan kelompok (herd immunity) yang berasal dari anak-anak lain yang telah divaksinasi.
Namun, jika anak yang tidak divaksinasi terinfeksi penyakit, dampaknya bisa menjadi sangat serius. Jika anak sembuh, mereka mungkin akan mengalami gejala sisa atau efek jangka panjang dari penyakit yang dapat menyebabkan kecacatan seumur hidup.
“Kita tidak bisa berasumsi bahwa anak tersebut baik-baik saja, karena kita tidak memiliki data kesehatan tentang anak-anak yang tidak mendapatkan imunisasi,” jelas Prof. Hartono.
“Jika anak sakit dan ada gejala sisa setelah sembuh, bisa jadi mereka mengalami cacat. Contohnya, radang selaput otak (meningitis) dapat menyebabkan cacat, kelumpuhan, kekakuan anggota tubuh, dan penurunan kecerdasan yang bisa mempengaruhi kualitas hidup anak dan keluarganya,” tambahnya.
Salah satu contoh kasus adalah adanya infeksi polio di beberapa daerah seperti Aceh dan Purwakarta, yang memicu kejadian luar biasa (KLB) beberapa waktu lalu, sehingga semua anak di daerah tersebut harus segera mendapatkan vaksin tambahan.
“Termasuk polio, karena banyak anak yang tidak mendapatkan imunisasi lengkap, maka muncul KLB polio di Aceh, Purwakarta, dan lain-lain. Oleh karena itu, Kementerian Kesehatan melaksanakan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) polio,” ujarnya.
Prof. Hartono juga mengingatkan orangtua untuk tidak meremehkan pentingnya vaksinasi. Vaksinasi bukan hanya sekadar ‘target’ Kementerian Kesehatan, tetapi untuk melindungi anak, keluarga, dan masyarakat Indonesia.
“Dari lahir, anak harus mendapatkan imunisasi sesuai jadwal yang dianjurkan Kementerian Kesehatan. Ini bukan hanya untuk mencapai target, tetapi untuk melindungi anak,” ungkap Prof. Hartono. Ia juga menambahkan bahwa dampak dari pandemi Covid-19 menyebabkan 1,8 juta anak di Indonesia belum divaksinasi, akibat terganggunya pelayanan kesehatan.
“Kita semua tahu bahwa pandemi Covid-19 berdampak pada layanan kesehatan di Indonesia, termasuk akumulasi anak yang tidak mendapatkan imunisasi dari 2019 hingga 2023 sebanyak 1,8 juta anak,” paparnya.
Vaksin yang tidak boleh dilewatkan adalah vaksin pneumonia atau Vaksin Pneumococcal Vaccine (PCV) yang berfungsi untuk mencegah anak terkena radang paru-paru (pneumonia). Vaksin ini juga mencegah anak dari risiko sakit berat akibat meningitis, radang telinga tengah, dan infeksi darah.
Vaksin PCV disarankan untuk diberikan kepada anak-anak, lansia, dan orang dengan kondisi medis tertentu, seperti daya tahan tubuh yang lemah, kelainan bawaan, penyakit kronis, dan riwayat operasi.