BeritaKesehatan

Bagaimana Kondisi Mental Memengaruhi Pengelolaan Gula Darah

×

Bagaimana Kondisi Mental Memengaruhi Pengelolaan Gula Darah

Share this article
Bagaimana Kondisi Mental Memengaruhi Pengelolaan Gula Darah

Diabetes sebagai Isu Kesehatan di Indonesia – Diabetes menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling mendesak di Indonesia, dengan meningkatnya angka penyakit ini yang berdampak pada jutaan orang.

Saat ini, pasien diabetes menghadapi tantangan dalam mengelola kesehatan mereka sehari-hari baik di rumah, di tempat kerja, maupun di sekolah. Sekitar 80,6% penderita yang telah terdiagnosis dan menjalani perawatan mengalami diabetes tidak terkontrol.

Kondisi ini mengharuskan ketahanan, disiplin, dan tanggung jawab yang berdampak pada kesejahteraan fisik dan mental mereka. Baru-baru ini, survei mengungkapkan bahwa 36% penderita diabetes mengalami tekanan mental.

Selain itu, 63% di antaranya merasa khawatir akan munculnya komplikasi yang memengaruhi kesejahteraan mereka. Sementara itu, 28% orang dengan diabetes merasa sulit untuk memiliki pandangan positif terhadap kondisi mereka.

“Data dari IDF (International Diabetes Federation) menunjukkan bahwa 3 dari 4 penderita diabetes merasa cemas atau depresi terkait kondisi mereka. Sedangkan 4 dari 5 merasa kelelahan akibat harus terus memantau kesehatan, seperti memeriksa gula darah dan berkonsultasi ke dokter,” jelas dr. Rulli Rosandi, Sp.PD-KEMD, saat temu media yang memperingati Hari Diabetes Sedunia.

Kondisi mental yang tidak baik dapat memengaruhi semangat pasien untuk mengontrol penyakit mereka. Misalnya, mereka jadi cenderung malas untuk minum obat, tidak mau memeriksa gula darah, atau merasa stres.

Stres itu sendiri dapat memicu pelepasan hormon kortisol, yang bekerja berlawanan dengan insulin. Akibatnya, gula darah penderita diabetes bisa lebih tinggi saat mereka mengalami stres.

“Jadi, kondisi stres dan mental memang memiliki pengaruh besar. Oleh karena itu, penting untuk melakukan penilaian terhadap tingkat depresi dan kecemasan. Jika diperlukan, kita bisa melibatkan psikiater atau psikolog,” tambahnya.

Selain itu, pasien juga memerlukan dukungan dari keluarga dan orang-orang terdekat untuk mendapatkan kembali semangatnya, baik dalam pengobatan maupun dalam mengontrol kadar gula darah.

“Para pengasuh harus memberikan energi positif kepada pasien. Jangan sampai pasien merasa terabaikan karena kondisi kesehatannya,” tutup dr. Rulli.

Pentingnya Skrining Diabetes

Dalam rangka memperingati Hari Diabetes Sedunia pada tanggal 14 November, dr. Rulli menekankan pentingnya skrining diabetes secara dini dan teratur guna mencegah komplikasi yang serius.

Deteksi dini memungkinkan pengelolaan diabetes yang lebih efektif, meningkatkan hasil pengobatan, dan kualitas hidup pasien. Pemantauan rutin sangat penting untuk menyesuaikan perawatan, mengontrol kadar gula darah, dan mengurangi risiko kesehatan jangka panjang.

“Studi yang diterbitkan oleh American Diabetes Association’s Clinical Compendia Series menunjukkan bahwa pemantauan glukosa darah adalah dasar pengelolaan diabetes yang menjadi basis penting untuk pengambilan keputusan terkait diet, olahraga, dan pengobatan,” jelasnya.

Pemantauan ini berkontribusi pada kontrol glikemik yang lebih baik dan mengurangi munculnya komplikasi. Dengan menjaga kadar gula darah tetap optimal, pasien diabetes dapat meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan dan secara efektif mengelola tantangan fisik serta emosional yang timbul akibat kondisi ini.

Mengetahui pentingnya kesadaran dan langkah proaktif dalam menjaga kesehatan, ada komitmen untuk mendorong perubahan dalam perawatan diabetes di Indonesia.

“Dengan meningkatkan akses terhadap pengobatan inovatif dan strategi pengelolaan yang tepat, kami berupaya memberikan dampak signifikan dalam kehidupan orang dengan diabetes,” jelas Sreerekha Sreenivasan, Vice President.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *