Hanung Bramantyo dikenal sebagai sutradara yang selektif dalam memilih pemain untuk film-filmnya. Dalam proses pemilihan, ia tidak memprioritaskan popularitas atau jumlah pengikut di media sosial, melainkan mencari individu yang benar-benar memiliki kemampuan berakting.
Pemikiran ini muncul karena Hanung Bramantyo berasal dari dunia teater, di mana pelatihan intensif sebagai seorang sineas dilakukan.
“Kehidupan yang di dalamnya itu berisi penempaan diri menjadi seorang aktor. Penempaan secara jiwa, psikologi, dan mental,” ungkap Hanung Bramantyo saat ditemui di Kemang, Jakarta Selatan, beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan bahwa pengalaman dan pelatihan inilah yang membentuk seseorang menjadi aktor berkualitas.
“Makanya, orang-orang yang lahir dari sanggar teater biasanya lebih matang,” katanya.
Hanung juga memberikan pendapat mengenai mereka yang tiba-tiba populer karena memiliki banyak pengikut.
Menurutnya, penampilan fisik yang menarik sering kali menjadi daya tarik awal, tetapi hal itu tidak cukup untuk mempertahankan perhatian penonton.
“Kalau orang tampan atau cantik, setelah 5 menit, penonton bisa merasa bosan,” tegas Hanung Bramantyo.
Ia juga membandingkan aktor yang memiliki jiwa seni peran yang mendalam. “Yang membuat penonton tertarik kembali dan menatap layar bioskop itu adalah ‘soul’,” jelas Hanung Bramantyo.
Hanung Bramantyo dikenal luas sebagai sutradara yang telah melahirkan sejumlah film populernya, seperti Ayat-Ayat Cinta, Bumi Manusia, Ipar Adalah Maut, dan Kartini.
