BeritaKesehatan

Susu Saat Sarapan Bantu Penuhi Kebutuhan Kalsium dan Vitamin D Anak-anak Indonesia

×

Susu Saat Sarapan Bantu Penuhi Kebutuhan Kalsium dan Vitamin D Anak-anak Indonesia

Share this article
Susu Saat Sarapan Bantu Penuhi Kebutuhan Kalsium dan Vitamin D Anak-anak Indonesia

Hanya 32 persen anak berusia 2 hingga 12 tahun di Indonesia yang mendapatkan sarapan yang memadai. Temuan terbaru dari Studi South East Asian Nutrition Surveys II (SEANUTS II) menunjukkan bahwa konsumsi susu saat sarapan dapat meningkatkan asupan mikronutrien esensial bagi anak-anak.

SEANUTS II yang dirilis pada tahun 2022 mengungkap bahwa asupan sarapan yang cukup dengan menu beragam berhubungan erat dengan peningkatan kualitas diet anak-anak.

“Secara umum, anak-anak yang mengkonsumsi susu pada saat sarapan memiliki asupan mikronutrien esensial yang lebih tinggi, terutama Kalsium dan Vitamin D,” jelas Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), Peneliti Utama SEANUTS II di Indonesia dan Guru Besar di Fakultas Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia dalam perbincangan media, Jumat (8/11/2024) di Jakarta.

Berdasarkan studi SEANUTS II, anak-anak di Indonesia belum memenuhi rekomendasi kebutuhan rata-rata harian untuk Kalsium (78%) dan Vitamin D (92%), yang berisiko serius bagi pertumbuhan dan perkembangan mereka.

Oleh karena itu, studi ini menekankan pentingnya konsumsi susu saat sarapan yang dapat memenuhi asupan harian Vitamin D 4.4 kali dan Kalsium 2.6 kali lebih tinggi bagi anak-anak Indonesia.

Secara keseluruhan, SEANUTS II menunjukkan bahwa stunting dan anemia masih berlangsung di Asia Tenggara, terutama di kalangan anak-anak yang lebih muda. Sementara itu, anak-anak yang lebih tua menunjukkan prevalensi yang lebih tinggi untuk kelebihan berat badan dan obesitas.

Prof. Dr. dr. Rini Sekartini, Sp.A(K), Peneliti Utama SEANUTS II di Indonesia dan Guru Besar di Fakultas Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia (Dok. Istimewa)

Selain itu, sebanyak 27% anak-anak mengalami kekurangan Vitamin D, dengan 46% di antaranya berada di kelompok usia yang lebih tua. Tiga jenis malnutrisi ini menunjukkan perlunya intervensi gizi yang tepat dan program pendidikan.

Temuan tambahan dari SEANUTS II juga menunjukkan bahwa sarapan dengan produk susu dapat membantu meningkatkan asupan mikronutrien harian anak-anak.

Studi ini, menurut Dr. Rini, mempelajari tantangan dalam pemenuhan gizi pada anak-anak yang sangat penting bagi kesehatan dan pertumbuhan yang optimal. Dalam SEANUTS II, peneliti mengamati kebiasaan sarapan yang berperan signifikan dalam menyediakan nutrisi penting untuk pertumbuhan anak.

Andrew F Saputro menjelaskan bahwa studi lanjutan dari SEANUTS II menekankan pentingnya konsumsi susu saat sarapan.

Menurut temuan SEANUTS II, anak-anak yang mengkonsumsi produk susu saat sarapan memiliki asupan mikronutrien harian yang lebih tinggi secara signifikan untuk vitamin A, B12, dan D, serta Kalsium, dibandingkan dengan anak-anak yang tidak mengkonsumsi susu saat sarapan.

“Hal ini menunjukkan kebaikan susu dalam membantu mengurangi masalah gizi yang dihadapi oleh anak-anak di Indonesia,” tambahnya.

Produk susu yang bergizi mengandung mikronutrien yang diperlukan untuk perkembangan otak dan sumber energi bagi anak-anak dalam belajar dan beraktivitas.

“Saya percaya bahwa temuan studi ini menunjukkan peluang susu untuk meningkatkan status gizi anak-anak Indonesia, dimulai dari rumah. SEANUTS II dan temuan-temuannya memperkuat komitmen kami untuk menyediakan gizi yang lebih baik, sehingga membantu anak-anak Indonesia membangun kekuatan untuk berhasil,” tambah Andrew.

SEANUTS II menyoroti tiga beban malnutrisi yang dialami oleh anak-anak Indonesia, yaitu kekurangan gizi, kelebihan gizi, dan kekurangan mikronutrien.

Penelitian yang melibatkan 3.456 anak berusia 0,5 tahun hingga 12 tahun ini menunjukkan bahwa asupan nutrisi, khususnya vitamin D dan Kalsium di Indonesia, belum mencapai angka target yang direkomendasikan.

Hasil studi ini diharapkan dapat mempromosikan pentingnya diet seimbang dan gaya hidup aktif melalui kerja sama dengan pemerintah daerah, sektor swasta, dan sekolah.

SEANUTS II juga menemukan bahwa prevalensi stunting pada anak di bawah usia 5 tahun di wilayah Jawa-Sumatera mencapai 28,3%. Artinya, 3 dari 10 anak memiliki perawakan pendek. Selain itu, prevalensi anemia adalah 17,9%. Sementara itu, 16% anak usia 7–12 tahun mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.

Lebih dalam, SEANUTS II mendefinisikan sarapan sebagai makanan pertama setelah tidur semalaman, yang dikonsumsi setelah bangun tidur dan sebelum pukul 12:00 siang (termasuk semua makanan yang dikonsumsi, kecuali air putih, teh, dan kopi tanpa susu).

Sementara itu, produk susu meliputi produk susu hewani (cair dan bubuk), yogurt, dan keju dengan ketentuan satu porsi per hari.

Temuan SEANUTS II menunjukkan pentingnya sarapan yang ditambah dengan minum susu agar anak-anak mendapatkan asupan mikronutrien esensial harian yang jauh lebih tinggi.

Temuan ini dapat menjadi rekomendasi dan dorongan bagi pemerintah, tenaga kesehatan, sekolah-sekolah, industri, dan terutama untuk keluarga Indonesia bahwa mengkonsumsi susu minimal satu kali sehari saat sarapan dapat membantu pemenuhan nutrisi anak yang bermanfaat bagi pertumbuhan.

Pemenuhan gizi pada anak-anak menjadi fokus pemerintah Indonesia dan merupakan salah satu aspek kunci untuk kemajuan bangsa, melalui pembangunan sumber daya manusia yang berkualitas yang dapat meningkatkan prestasi belajar dan produktivitas kerja.

“Kami akan terus meningkatkan pengetahuan tentang peningkatan gizi keluarga Indonesia dan bagaimana manfaat susu dapat berkontribusi secara nyata,” tutup Andrew.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *