KLATEN – Konsumen dapat menunda saran perbaikan komponen mobil yang disarankan oleh bengkel jika dana terbatas.
Salah satu komponen yang memiliki masa pakai adalah drive belt atau sabuk penggerak puli pada mesin. Suku cadang ini umumnya disarankan untuk diganti setiap 40.000 km.
Pada kondisi tertentu, drive belt masih bisa digunakan untuk sementara waktu, meskipun sudah memasuki jadwal penggantiannya.
Drive belt sebagai penggerak puli beberapa komponen pada mesin mobil
Arif Nugroho, Service Advisor di Hyundai Solo Baru, mengungkapkan bahwa produsen telah memperkirakan ketahanan setiap komponen yang sering digunakan, seperti drive belt. “Mungkin secara kasat mata drive belt masih tampak bagus saat masuk masa penggantiannya, tapi sebenarnya bila tidak diganti memiliki risiko,” ucap Arif.
Demi kenyamanan konsumen, sebaiknya drive belt diganti sesuai jadwal. Namun, konsumen memiliki hak untuk menolak jika merasa keberatan.
Hardi Wibowo, pemilik bengkel mobil Aha Motor Yogyakarta, menjelaskan bahwa dampak terburuk ketika terlambat mengganti drive belt dapat merepotkan konsumen. “Dampak terburuknya adalah putus di jalan, dan saat drive belt putus, beberapa komponen penunjang tidak berfungsi karena puli-puli tidak berputar,” jelas Hardi.
Hardi menambahkan bahwa drive belt berperan penting dalam meneruskan putaran mesin pada puli kompresor, alternator, pompa air, dan power steering.
“Akibatnya, roda kemudi terasa berat, AC tidak dingin atau hanya mengeluarkan angin, aki dapat tekor dan menyebabkan mogok, dan bahkan bisa mengakibatkan overheating,” kata Hardi.
Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan penggantian drive belt. Jika sudah mulai retak, sebaiknya langsung diganti di bengkel langganan. Menunda penggantian drive belt dapat menimbulkan kerisauan saat berkendara. Sebaiknya, jika drive belt sudah menunjukkan tanda-tanda kerusakan, segera lakukan penggantian.