JAKARTA – Situasi lalu lintas di Indonesia yang kacau salah satunya disebabkan oleh rendahnya pemahaman tentang keselamatan lalu lintas. Ironisnya, masyarakat Indonesia lebih tertarik untuk mengembangkan keahlian berkendara dibandingkan dengan membangun pola pikir yang berfokus pada keselamatan.
Kondisi Lalu Lintas Kawasan Patung Wisnu Manahan, Kota Solo, Jawa Tengah (Jateng), pada Minggu (20/10/2024).
Jusri Pulubuhu, pendiri dan Direktur Pelatihan Jakarta Defensive Driving Consulting, menyatakan bahwa skill berkendara tidak ada artinya jika tidak didasarkan pada pengetahuan keselamatan yang baik.
“Ketika diajarkan hal yang mendasar terkait pola pikir, mereka beranggapan mengapa orang yang mengemudikan mobil atau motor diajarkan demikian. Dalam komunitas motor atau mobil, pendekatan ini sering kurang diminati; lebih suka yang akrobatik yang tidak berkaitan dengan keselamatan di jalan,” ungkap Jusri.
Dari pernyataan tersebut, Jusri mengindikasikan bahwa pengetahuan masyarakat tentang keselamatan lalu lintas sangat rendah. Ironisnya, ada stigma di jalanan yang menganggap bahwa aturan lalu lintas hanya berlaku ketika ada polisi, dan saat tidak ada, peraturan tersebut cenderung dilanggar.
“Stigma ini sangat merugikan bagi bangsa kita, dan kita harus mengakui bahwa hal ini ada,” tambah Jusri.
Menurut Jusri, mudah untuk mengamati karakter masyarakat Indonesia melalui perilaku mereka di jalan. Banyak orang yang melakukan kesalahan, tetapi menganggap diri mereka benar, bahkan bisa sampai menyerang orang lain.
“Ketika kesalahan terjadi secara massal, kita semua akan terdampak. Seringkali, mereka bersikap arogan di jalan dan merasa eksklusif,” tutup Jusri.
