KLATEN – Mobil dengan transmisi otomatis semakin menjadi pilihan utama masyarakat Indonesia karena kemudahan operasionalnya. Kendaraan ini menawarkan kenyamanan lebih, terutama di lingkungan perkotaan yang sering mengalami kemacetan.
Para pengemudi cukup memposisikan persneling di posisi D untuk maju dan R untuk mundur. Selain itu, hanya ada dua pedal, yaitu pedal gas dan rem, sehingga pengemudi tidak perlu lagi menghadapi kopling manual.
Hardi Wibowo, pemilik Aha Motor Yogyakarta, menyatakan bahwa konsumen perlu memahami bahwa tidak semua mobil matik dilengkapi dengan jenis transmisi yang sama. Terdapat tiga jenis transmisi yang umum digunakan.
“Ada tiga jenis transmisi pada mobil matik, yaitu Automatic Transmission (AT) konvensional, Continuously Variable Transmission (CVT), dan Dual Clutch Transmission (DCT),” jelas Hardi.
Ilustrasi menggunakan mode transmisi manual.
Hardi menjelaskan, ketiga transmisi ini memiliki perbedaan signifikan dalam hal desain, cara kerja, dan performa yang diterima oleh pengemudi.
“Baik AT maupun CVT menggunakan torque converter sebagai pengganti kopling manual, yang berfungsi menghubungkan dan memutus putaran mesin sebelum masuk ke gearbox,” tambah Hardi.
Menurut Hardi, torque converter terletak di antara poros transmisi dan mesin. Prinsip kerjanya bergantung pada aliran fluida yang menggerakkan dua turbin dekat yang salah satunya terhubung dengan putaran mesin.
“Turbin yang terhubung pada flywheel mesin akan menggerakkan oli saat berputar, menghasilkan gaya sentrifugal, sehingga turbin transmisi ikut berputar karena oli tersebut,” lanjut Hardi.
Rotasi tersebut menjadi sumber tenaga yang masuk ke gearbox dan menghasilkan putaran output dengan rasio yang sesuai.
“Saat tuas di posisi D, mesin menyala, dan kendaraan akan bergerak perlahan. Ketika direm, kendaraan dapat berhenti dengan nyaman tanpa perlu memindahkan tuas ke N. Ini adalah fungsi hilangnya tenaga di torque converter, menggantikan fungsi kopling,” sambung Hardi.
Pada gearbox AT, terdapat planetary gear set dan kelompok kopling yang mengatur rasio percepatan. Sementara pada CVT, penggunaan dua puli dan sabuk baja berperan dalam menentukan rasio.
Di sisi lain, DCT juga menggunakan kopling ganda dengan penggerak motor, dan prinsip kerjanya mirip dengan transmisi manual mengandalkan sinkromes dan roda gigi.
“Motor penggerak inilah yang otomatis mengatur kerja kopling berdasarkan perintah dari electric control module (ECU), termasuk pergeseran roda gigi percepatan,” tutup Hardi.
Demikian penjelasan mengenai perbedaan konstruksi dan sistem kerja dari ketiga jenis transmisi pada mobil matik secara sederhana.